oksigen


Oksigen

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
nitrogenoksigenfluor
-

O

S
Element 1: Hidrogen (H), Other non-metal

Element 2: Helium (He), Noble gas
Element 3: Litium (Li), Alkali metal
Element 4: Berllium (Be), Alkaline earth metal

Element 5: Boron (B), Metalloid
Element 6: Karbon (C), Other non-metal
Element 7: Nitrogen (N), Other non-metal
Element 8: Oxigen (O), Other non-metal
Element 9: Flour (F), Halogen
Element 10: Neon (Ne), Noble gas
Element 11: Natriun (Na), Alkali metal
Element 12: Magnesium (Mg), Alkaline earth metal

Element 13: Aluminium (Al), Other metal
Element 14: Silikon (Si), Metalloid
Element 15: Fosfor (P), Other non-metal
Element 16: Belerang (S), Other non-metal
Element 17: Klorin (Cl), Halogen
Element 18: Argon (Ar), Noble gas
Element 19: Kalium (K), Alkali metal
Element 20: Kalsium (Ca), Alkaline earth metal

Element 21: Skandium (Sc), Transition metal
Element 22: Titanium (Ti), Transition metal
Element 23: Vanadium (V), Transition metal
Element 24: Kromium (Cr), Transition metal
Element 25: Mangan (Mn), Transition metal
Element 26: Besi (Fe), Transition metal
Element 27: Kobal (Co), Transition metal
Element 28: Nikel (Ni), Transition metal
Element 29: Tembaga (Cu), Transition metal
Element 30: Seng (Zn), Transition metal
Element 31: Galium (Ga), Other metal
Element 32: Germanium (Ge), Metalloid
Element 33: Arsen (As), Metalloid
Element 34: Selenium (Se), Other non-metal
Element 35: Bromin (Br), Halogen
Element 36: Kripton (Kr), Noble gas
Element 37: Rubidium (Rb), Alkali metal
Element 38: Stronsium (Sr), Alkaline earth metal

Element 39: Itrium (Y), Transition metal
Element 40: Zirkonium (Zr), Transition metal
Element 41: Niobium (Nb), Transition metal
Element 42: Molibdenum (Mo), Transition metal
Element 43: Teknesium (Tc), Transition metal
Element 44: Rutenium (Ru), Transition metal
Element 45: Rodium (Rh), Transition metal
Element 46: Paladium (Pd), Transition metal
Element 47: Perak (Ag), Transition metal
Element 48: Kadmium (Cd), Transition metal
Element 49: Indium (In), Other metal
Element 50: Seng (Sn), Other metal
Element 51: Antimon (Sb), Metalloid
Element 52: Telurium (Te), Metalloid
Element 53: Yodium (I), Halogen
Element 54: Xenon (Xe), Noble gas
Element 55: Sesium (Cs), Alkali metal
Element 56: Barium (Ba), Alkaline earth metal
Element 57: Lantanum (La), Lanthanoid
Element 58: Serium (Ce), Lanthanoid
Element 59: Praseodimium (Pr), Lanthanoid
Element 60: Neodimium (Nd), Lanthanoid
Element 61: Prometium (Pm), Lanthanoid
Element 62: Samarium (Sm), Lanthanoid
Element 63: Europium (Eu), Lanthanoid
Element 64: Gadolinium (Gd), Lanthanoid
Element 65: Terbium (Tb), Lanthanoid
Element 66: Disprosium (Dy), Lanthanoid
Element 67: Holmium (Ho), Lanthanoid
Element 68: Erbium (Er), Lanthanoid
Element 69: Tulium (Tm), Lanthanoid
Element 70: Iterbium (Yb), Lanthanoid
Element 71: Lutesium (Lu), Lanthanoid
Element 72: Hafnium (Hf), Transition metal
Element 73: Tantalum (Ta), Transition metal
Element 74: Wolfram (W), Transition metal
Element 75: Renium (Re), Transition metal
Element 76: Osmium (Os), Transition metal
Element 77: Iridium (Ir), Transition metal
Element 78: Platina (Pt), Transition metal
Element 79: Emas (Au), Transition metal
Element 80: Raksa (Hg), Transition metal
Element 81: Talium (Tl), Other metal
Element 82: Timbal (Pb), Other metal
Element 83: Bismut (Bi), Other metal
Element 84: Polonium (Po), Metalloid
Element 85: Astatin (At), Halogen
Element 86: Radon (Rn), Noble gas
Element 87: Fransium (Fr), Alkali metal
Element 88: Radium (Ra), Alkaline earth metal
Element 89: Aktinium (Ac), Actinoid
Element 90: Torium (Th), Actinoid
Element 91: Protaktinium (Pa), Actinoid
Element 92: Uranium (U), Actinoid
Element 93: Neptunium (Np), Actinoid
Element 94: Plutonium (Pu), Actinoid
Element 95: Amerisium (Am), Actinoid
Element 96: Kurium (Cm), Actinoid
Element 97: Berkelium (Bk), Actinoid
Element 98: Kalifornium (Cf), Actinoid
Element 99: Einsteinium (Es), Actinoid
Element 100: Fermium (Fm), Actinoid
Element 101: Mendelevium (Md), Actinoid
Element 102: Nobelium (No), Actinoid
Element 103: Lawrensium (Lr), Actinoid
Element 104: Rutherfordium (Rf), Transition metal
Element 105: Dubnium (Db), Transition metal
Element 106: Seaborgium (Sg), Transition metal
Element 107: Bohrium (Bh), Transition metal
Element 108: Hasium (Hs), Transition metal
Element 109: Meitnerium (Mt)
Element 110: Darmstadtium (Ds)
Element 111: Roentgenium (Rg)
Element 112: Kopernisium (Cn), Transition metal
Element 113: Ununtrium (Uut)
Element 114: Ununquadium (Uuq)
Element 115: Ununpentium (Uup)
Element 116: Ununhexium (Uuh)
Element 117: Ununseptium (Uus)
Element 118: Ununoctium (Uuo)
8O
Keterangan Umum Unsur
oksigen, O, 8
16, 2, p
tak berwarna
O,8.jpg
15,9994(3)  g/mol
1s2 2s2 2p4
Jumlah elektron tiap kulit
2, 6
Ciri-ciri fisik
(0 °C; 101,325 kPa)
1,429 g/L
54,36 K
(-218,79 °C, -361,82 °F)
90,20 K
(-182,95 °C, -297,31 °F)
(O2) 0,444 kJ/mol
(O2) 6,82 kJ/mol
(25 °C) (O2)
29,378 J/(mol·K)
P/Pa
1
10
100
1 k
10 k
100 k
pada T/K



61
73
90
Ciri-ciri atom
kubus
2, −1
(oksida netral)
pertama: 1313,9 kJ/mol
ke-2: 3388,3 kJ/mol
ke-3: 5300,5 kJ/mol
Jari-jari atom (terhitung)
Lain-lain
(300 K) 26,58 mW/(m·K)
(gas, 27 °C) 330 m/s
Isotop
DE (MeV)
16O
99,762%
O stabil dengan 8 neutron
17O
0,038%
O stabil dengan 9 neutron
18O
0,2%
O stabil dengan 10 neutron
Referensi
Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa[1] dan unsur paling melimpah di kerak Bumi.[2] Gas oksigen diatomik mengisi 20,9% volume atmosfer bumi..[3]
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti protein, karbohidrat, dan lemak, mengandung oksigen. Demikian pula senyawa anorganik yang terdapat pada cangkang, gigi, dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O2 dihasilkan dari air oleh sianobakteri, ganggang, dan tumbuhan selama fotosintesis, dan digunakan pada respirasi sel oleh hampir semua makhluk hidup. Oksigen beracun bagi organisme anaerob, yang merupakan bentuk kehidupan paling dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan. O2 kemudian mulai berakumulasi pada atomsfer sekitar 2,5 miliar tahun yang lalu.[4] Terdapat pula alotrop oksigen lainnya, yaitu ozon (O3). Lapisan ozon pada atomsfer membantu melindungi biosfer dari radiasi ultraviolet, namun pada permukaan bumi ia adalah polutan yang merupakan produk samping dari asbut.
Oksigen secara terpisah ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele di Uppsala pada tahun 1773 dan Joseph Priestley di Wiltshire pada tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal oleh karena publikasinya merupakan yang pertama kali dicetak. Istilah oxygen diciptakan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1777,[5] yang eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori flogiston pembakaran dan korosi yang terkenal. Oksigen secara industri dihasilkan dengan distilasi bertingkat udara cair, dengan munggunakan zeolit untuk memisahkan karbon dioksida dan nitrogen dari udara, ataupun elektrolisis air, dll. Oksigen digunakan dalam produksi baja, plastik, dan tekstil, ia juga digunakan sebagai propelan roket, untuk terapi oksigen, dan sebagai penyokong kehidupan pada pesawat terbang, kapal selam, penerbangan luar angkasa, dan penyelaman.

Daftar isi

Karakteristik

Struktur

Pada temperatur dan tekanan standar, oksigen berupa gas tak berwarna dan tak berasa dengan rumus kimia O2, di mana dua atom oksigen secara kimiawi berikatan dengan konfigurasi elektron triplet spin. Ikatan ini memiliki orde ikatan dua dan sering dijelaskan secara sederhana sebagai ikatan ganda[6] ataupun sebagai kombinasi satu ikatan dua elektron dengan dua ikatan tiga elektron.[7]
Oksigen triplet merupakan keadaan dasar molekul O2.[8] Konfigurasi elektron molekul ini memiliki dua elektron tak berpasangan yang menduduki dua orbital molekul yang berdegenerasi.[9] Kedua orbital ini dikelompokkan sebagai antiikat (melemahkan orde ikatan dari tiga menjadi dua), sehingga ikatan oksigen diatomik adalah lebih lemah daripada ikatan rangkap tiga nitrogen.[8]
Dalam bentuk triplet yang normal, molekul O2 bersifat paramagnetik oleh karena spin momen magnetik elektron tak berpasangan molekul tersebut dan energi pertukaran negatif antara molekul O2 yang bersebelahan. Oksigen cair akan tertarik kepada magnet, sedemikiannya pada percobaan laboratorium, jembatan oksigen cair akan terbentuk di antara dua kutub magnet kuat.[10][11]
Oksigen singlet, adalah nama molekul oksigen O2 yang kesemuaan spin elektronnya berpasangan. Ia lebih reaktif terhadap molekul organik pada umumnya. Secara alami, oksigen singlet umumnya dihasilkan dari air selama fotosintesis.[12] Ia juga dihasilkan di troposfer melalui fotolisis ozon oleh sinar berpanjang gelombang pendek,[13] dan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai sumber oksigen aktif.[14] Karotenoid pada organisme yang berfotosintesis (kemungkinan juga ada pada hewan) memainkan peran yang penting dalam menyerap oksigen singlet dan mengubahnya menjadi berkeadaan dasar tak tereksitasi sebelum ia menyebabkan kerusakan pada jaringan.[15]
Ozon merupakan gas langka pada bumi yang dapat ditemukan di stratosfer.

Alotrop

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Alotrop oksigen
Alotrop oksigen elementer yang umumnya ditemukan di bumi adalah dioksigen O2. Ia memiliki panjang ikat 121 pm dan energi ikat 498 kJ·mol-1.[16] Altrop oksigen ini digunakan oleh makhluk hidup dalam respirasi sel dan merupakan komponen utama atmosfer bumi.
Trioksigen (O3), dikenal sebagai ozon, merupakan alotrop oksigen yang sangat reaktif dan dapat merusak jaringan paru-paru.[17] Ozon diproduksi di atmosfer bumi ketika O2 bergabung dengan oksigen atomik yang dihasilkan dari pemisahan O2 oleh radiasi ultraviolet (UV).[5] Oleh karena ozon menyerap gelombang UV dengan sangat kuat, lapisan ozon yang berada di atmosfer berfungsi sebagai perisai radiasi yang melindungi planet.[5] Namun, dekat permukaan bumi, ozon merupakan polutan udara yang dibentuk dari produk sampingan pembakaran otomobil.[18]
Molekul metastabil tetraoksigen (O4) ditemukan pada tahun 2001,[19][20] dan diasumsikan terdapat pada salah satu enam fase oksigen padat. Hal ini dibuktikan pada tahun 2006, dengan menekan O2 sampai dengan 20 GPa, dan ditemukan struktur gerombol rombohedral O8.[21] Gerombol ini berpotensi sebagai oksidator yang lebih kuat daripada O2 maupun O3, dan dapat digunakan dalam bahan bakar roket.[19][20] Fase logam oksigen ditemukan pada tahun 1990 ketika oksigen padat ditekan sampai di atas 96 GPa[22]. Ditemukan pula pada tahun 1998 bahwa pada suhu yang sangat rendah, fase ini menjadi superkonduktor.[23]

Sifat fisik

Warna oksigen cair adalah biru seperti warna biru langit. Fenomena ini tidak berkaitan; warna biru langit disebabkan oleh penyebaran Rayleigh.
Oksigen lebih larut dalam air daripada nitrogen. Air mengandung sekitar satu molekul O2 untuk setiap dua molekul N2, bandingkan dengan rasio atmosferik yang sekitar 1:4. Kelarutan oksigen dalam air bergantung pada suhu. Pada suhu 0 °C, konsentrasi oksigen dalam air adalah 14,6 mg·L−1, manakala pada suhu 20 °C oksigen yang larut adalah sekitar 7,6 mg·L−1.[24][25] Pada suhu 25 °C dan 1 atm udara, air tawar mengandung 6,04 mililiter (mL) oksigen per liter, manakala dalam air laut mengandung sekitar 4,95 mL per liter.[26] Pada suhu 5 °C, kelarutannya bertambah menjadi 9,0 mL (50% lebih banyak daripada 25 °C) per liter untuk air murni dan 7,2 mL (45% lebih) per liter untuk air laut.
Oksigen mengembun pada 90,20 K (−182,95 °C, −297,31 °F), dan membeku pada 54.36 K (−218,79 °C, −361,82 °F).[27] Baik oksigen cair dan oksigen padat berwarna biru langit. Hal ini dikarenakan oleh penyerapan warna merah. Oksigen cair dengan kadar kemurnian yang tinggi biasanya didapatkan dengan distilasi bertingkat udara cair;[28] Oksigen cair juga dapat dihasilkan dari pengembunan udara, menggunakan nitrogen cair dengan pendingin. Oksigen merupakan zat yang sangat reaktif dan harus dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.[29]

Isotop

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Isotop oksigen
Oksigen yang dapat ditemukan secara alami adalah 16O, 17O, dan 18O, dengan 16O merupakan yang paling melimpah (99,762%).[30] Isotop oksigen dapat berkisar dari yang bernomor massa 12 sampai dengan 28.[30]
Kebanyakan 16O di disintesis pada akhir proses fusi helium pada bintang, namun ada juga beberapa yang dihasilkan pada proses pembakaran neon.[31] 17O utamanya dihasilkan dari pembakaran hidrogen menjadi helium semasa siklus CNO, membuatnya menjadi isotop yang paling umum pada zona pembakaran hidrogen bintang.[31] Kebanyakan 18O diproduksi ketika 14N (berasal dari pembakaran CNO) menangkap inti 4He, menjadikannya bentuk isotop yang paling umum di zona kaya helium bintang.[31]
Empat belas radioisotop telah berhasil dikarakterisasi, yang paling stabil adalah 15O dengan umur paruh 122,24 detik  dan 14O dengan umur paruh 70,606 detik.[30] Isotop radioaktif sisanya memiliki umur paruh yang lebih pendek daripada 27 detik, dan mayoritas memiliki umur paruh kurang dari 83 milidetik.[30] Modus peluruhan yang paling umum untuk isotop yang lebih ringan dari 16O adalah penangkapan elektron, menghasilkan nitrogen, sedangkan modus peluruhan yang paling umum untuk isotop yang lebih berat daripada 18O adalah peluruhan beta, menghasilkan fluorin.[30]

Keberadaan

Menurut massanya, oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah di biosfer, udara, laut, dan tanah bumi. Oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah ketiga di alam semesta, setelah hidrogen dan helium.[1] Sekitar 0,9% massa Matahari adalah oksigen.[3] Oksigen mengisi sekitar 49,2% massa kerak bumi[2] dan merupakan komponen utama dalam samudera (88,8% berdasarkan massa).[3] Gas oksigen merupakan komponen paling umum kedua dalam atmosfer bumi, menduduki 21,0% volume dan 23,1% massa (sekitar 1015 ton) atmosfer.[32][3][33] Bumi memiliki ketidaklaziman pada atmosfernya dibandingkan planet-planet lainnya dalam sistem tata surya karena ia memiliki konsentrasi gas oksigen yang tinggi di atmosfernya. Bandingkan dengan Mars yang hanya memiliki 0,1% O2 berdasarkan volume dan Venus yang bahkan memiliki kadar konsentrasi yang lebih rendah. Namun, O2 yang berada di planet-planet selain bumi hanya dihasilkan dari radiasi ultraviolet yang menimpa molekul-molekul beratom oksigen, misalnya karbon dioksida.
Air dingin melarutkan lebih banyak O2.
Konsentrasi gas oksigen di Bumi yang tidak lazim ini merupakan akibat dari siklus oksigen. Siklus biogeokimia ini menjelaskan pergerakan oksigen di dalam dan di antara tiga reservoir utama bumi: atmosfer, biosfer, dan litosfer. Faktor utama yang mendorong siklus oksigen ini adalah fotosintesis. Fotosintesis melepaskan oksigen ke atmosfer, manakala respirasi dan proses pembusukan menghilangkannya dari atmosfer. Dalam keadaan kesetimbangan, laju produksi dan konsumsi oksigen adalah sekitar 1/2000 keseluruhan oksigen yang ada di atmosfer setiap tahunnya.
Oksigen bebas juga terdapat dalam air sebagai larutan. Peningkatan kelarutan O2 pada temperatur yang rendah memiliki implikasi yang besar pada kehidupan laut. Lautan di sekitar kutub bumi dapat menyokong kehidupan laut yang lebih banyak oleh karena kandungan oksigen yang lebih tinggi.[34] Air yang terkena polusi dapat mengurangi jumlah O2 dalam air tersebut. Para ilmuwan menaksir kualitas air dengan mengukur kebutuhan oksigen biologis atau jumlah O2 yang diperlukan untuk mengembalikan konsentrasi oksigen dalam air itu seperti semula.[35]

Peranan biologis

Fotosintesis dan respirasi

Fotosintesis menghasilkan O2
Di alam, oksigen bebas dihasilkan dari fotolisis air selama fotosintesis oksigenik. Ganggang hijau dan sianobakteri di lingkungan lautan menghasilkan sekitar 70% oksigen bebas yang dihasilkan di bumi, sedangkan sisanya dihasilkan oleh tumbuhan daratan.[36]
Persamaan kimia yang sederhana untuk fotosintesis adalah:[37]
6CO2 + 6H2O + fotonC6H12O6 + 6O2
Evolusi oksigen fotolitik terjadi di membran tilakoid organisme dan memerlukan energi empat foton.[38] Terdapat banyak langkah proses yang terlibat, namun hasilnya merupakan pembentukan gradien proton di seluruh permukaan tilakod. Ini digunakan untuk mensintesis ATP via fotofosforilasi.[39] O2 yang dihasilkan sebagai produk sampingan kemudian dilepaskan ke atmosfer.[40]
Dioksigen molekuler, O2, sangatlah penting untuk respirasi sel organisme aerob. Oksigen digunakan di mitokondria untuk membantu menghasilkan adenosina trifosfat (ATP) selama fosforilasi oksidatif. Reaksi respirasi aerob ini secara garis besar merupakan kebalikan dari fotosintesis, secara sederhana:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 2880 kJ·mol-1
Pada vertebrata, O2 berdifusi melalui membran paru-paru dan dibawa oleh sel darah merah. Hemoglobin mengikat O2, mengubah warnanya dari merah kebiruan menjadi merah cerah.[41][17] Terdapat pula hewan lainnya yang menggunakan hemosianin (hewan moluska dan beberapa artropoda) ataupun hemeritrin (laba-laba dan lobster).[32] Satu liter darah dapat melarutkan 200 cc O2.[32]
Spesi oksigen yang reaktif, misalnya ion superoksida (O2) dan hidrogen peroksida (H2O2), adalah produk sampingan penggunaan oksigen dalam tubuh organisme.[32] Namun, bagian sistem kekebalan organisme tingkat tinggi pula menghasilkan peroksida, superoksida, dan oksigen singlet untuk menghancurkan mikroba. Spesi oksigen reaktif juga memainkan peran yang penting pada respon hipersensitif tumbuhan melawan serangan patogen.[39]
Dalam keadaan istirahat, manusia dewasa menghirup 1,8 sampai 2,4 gram oksigen per menit.[42] Jumlah ini setara dengan 6 miliar ton oksigen yang dihirup oleh seluruh manusia per tahun. [43]

Penumpukan oksigen di atmosfer

Peningkatan kadar O2 di atmosfer bumi: 1) tiada O2 yang dihasilkan; 2) O2 dihasilkan, namun diserap samudera dan batuan dasar laut; 3) O2 mulai melepaskan diri dari samuder, namun diserap oleh permukaan tanah dan pembentukan lapisan ozon; 4-5) gas O2 mulai berakumulasi
Gas oksigen bebas hampir tidak terdapat pada atmosfer bumi sebelum munculnya arkaea dan bakteri fotosintetik. Oksigen bebas pertama kali muncul dalam kadar yang signifikan semasa masa Paleoproterozoikum (antara 2,5 sampai dengan 1,6 miliar tahun yang lalu). Pertama-tama, oksigen bersamaan dengan besi yang larut dalam samudera, membentuk formasi pita besi (Banded iron formation). Oksigen mulai melepaskan diri dari samudera 2,7 miliar tahun lalu, dan mencapai 10% kadar sekarang sekitar 1,7 miliar tahun lalu.[44]
Keberadaan oksigen dalam jumlah besar di atmosfer dan samudera kemungkinan membuat kebanyakan organisme anaerob hampir punah semasa bencana oksigen sekitar 2,4 miliar tahun yang lalu. Namun, respirasi sel yang menggunakan O2 mengijinkan organisme aerob untuk memproduksi lebih banyak ATP daripada organisme anaerob, sehingga organisme aerob mendominasi biosfer bumi.[45] Fotosintesis dan respirasi seluler O2 mengijinkan berevolusinya sel eukariota dan akhirnya berevolusi menjadi organisme multisel seperti tumbuhan dan hewan.
Sejak permulaan era Kambrium 540 juta tahun yang lalu, kadar O2 berfluktuasi antara 15% sampai 30% berdasarkan volume.[46] Pada akhir masa Karbon, kadar O2 atmosfer mencapai maksimum dengan 35% berdasarkan volume,[46] mengijinkan serangga dan amfibi tumbuh lebih besar daripada ukuran sekarang. Aktivitas manusia, meliputi pembakaran 7 miliar ton bahan bakar fosil per tahun hanya memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap penurunan kadar oksigen di atmosfer. Dengan laju fotosintesis sekarang ini, diperlukan sekitar 2.000 tahun untuk memproduksi ulang seluruh O2 yang ada di atmosfer sekarang.[47]











  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar